Rabu, 16 Mei 2012

Untuk Apa Sebenarnya Organisasi Mahasiswa Daerah?

Potret mahasiswa organisasi daerah dalam diskusi di pelataran.
Yogyakarta, e-gamaku.com - Seringkali yang lebih sering timbul adalah sikap sinis terhadap para aktivis organisasi mahasiswa yang sifatnya kedaerahan. Dibilang tidak lebih bergengsi, tak bermutu bahkan terkadang memandang sebelah mata dan di cap bermasa depan lebih suram dibandingkan dengan kaum mahasiswa yang lebih fokus pada sisi akademis maupun mahasiswa apatis.




Mahasiswa yang mempunyai solidaritas diangap hanya berwacana sempit, tidak menasional atau bahkan kampungan cuma bawa-bawa daerah terus. Sehingga untuk sebagian mahasiswa pada saat ini bergabung untuk aktif di oraganisasi kedaerahan adalah tidak menjanjikan baik secara akademis maupun pengembangan profesinya, karena memang banyak yang tidak nyambung dan tidak dalam kapasitas untuk bekerja lintas program studi.

Adalah suatu fakta yang sudah jelas tampak bahwa jika diharuskan untuk memilih suatu organisasi, antara intra dan ekstra kampus, yang lebih dipilih biasanya intra dulu. Selain memang letaknya ada dikampusnya sehingga lebih mudah menjaring kader, toh yang baru mahasiswa juga tau bahwa nanti di perguruan tinggi akan ada lembaga semacam OSIS yang namanya BEM. So, menjadi anggota BEM lebih bergengsi dibandingkan dengan menjadi aktifis organisasi kedaerahan.

Dimanapun tempatnya mahasiswa untuk belajar berorganisasi akan mendapatkan suatu hasil yang berbeda, tergantung dari apa yang dicari pada intinya. Eksistensi dirinya sendiri untuk menjadi yang dicita-citakan dan pilihan, apakah untuk menunjang pilihannya sebagai professional atau menjadi seorang calon pemimpin. Model organisasi yang mendukung karir professional tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok semacam itu hanya ada pada jurusannya masing-masing, sedangkan pembangunan karakter pemimpin ini yang memang perlu dikaji ulang, bahkan disesuaikan dengan kapasistas mahasiswa.

Contoh yang sudah ada BEM menjadi contoh bahwa organisasi ini adalah sebuah representatif dari organisasi untuk mencetak pemimpin yang kredibilitasnya diakui. Pertanyaannya adalah, pemimpin untuk siapa? Belajar memimpin dan nanti setelah selesai akan digunakan untuk memimpin siapa? Kalau misalnya mahasiswa sekelas UGM dianggap dengan menjadi aktifis BEM UGM bisa menjadi calon pemimpin Nasional. Ini yang terkadang tidak dipertimbangkan secara serius, model pemimpin di Indonesia adalah bagaimana seseorang dapat melenggang dengan kepintarannya, dengan gaya Public Speakingnya dapat menyihir masyarakat untuk memuluskan langkahnya duduk di Parlemen atau Pemerintahan pusat. Model mahasiswa aktifis BEM erat kaitannya nanti pada suatu saat ketika waktunya telah tiba maka sang senior akan memanggilnya ke Pusat. Contohnya adalah para politikus instan yang dulunya aktifis mahasiswa.

Sayangnya hal semacam itu telah menjadi sebuah tren bagi mahasiswa-mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi. Sedangkan Organisasi Mahasiswa Kedaerahan kebanyakan hanya bersifat melirik kepada nilai-nilai budaya yang sebenarnya itu bias, bias dalam artian kalau tujuannya adalah untuk melestarikan budaya boleh-boleh saja, namun tetap ada tempatnya dan sudah ada orang atau lembaga yang memang fokus mengerjakan itu yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Sementara mahasiswa yang saat ini dihadapkan pada persaingan yang begitu ketat diharuskan mampu memiliki daya saing yang mumpuni. Disinilah harusnya peran Organisasi Kedaerahan.

Organisasi kedaerahan selain fokus arah tujuannya adalah untuk berperan kepada daerahnya, jangan dulu muluk-muluk kelas mahasiswa bisa membuat sejarah lagi menggulingkan pemerintahan. Untuk daerahnya saja, memberikan kontribusi, berperan untuk kemajuan daerahnya itu tidak banyak dilakukan. Padahal sejatinya untuk mencetak pemimpin yang berkarakter seharusnya lebih kuat pengaruh organisasi mahasiswa daerah dibandingkan organisasi formal kampus yang terlalu akademis. Organisasi mahasiswa daerah dihadapkan pada wacana yang memang langsung dihadapkan kepada dirinya, keluarganya. Apa yang terjadi dengan emak saya di kampung jika ada suatu masalah yang menghampiri daerah? Setidaknya itu yang menjadi hal yang sangat sensitif bagi mahasiswa.

Sehingga yang diharapkan kedepan adalah peran mahasiswa kedaerahan selain bisa mencetak pemimpin yang berkarakter kuat juga bisa mendukung mahasiswa untuk menempuh jalur professional sesuai dengan bidangnya. Seharusnya organisasi mahasiswa daerah mampu melakukan itu karena pemetaan masalah sudah lebih terfokus pada daerah yang lingkupnya lebih kecil dari nasional. Hasil akhirnya siapa yang mampu memimpin daerahnya menjadi lebih baik, tidak disanksikan jika harus memimpin negaranya pun maka akan menjadi lebih baik. (PKR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar